Home » » MENGENAL CULTURE BASED FISHERIES (CBF)

MENGENAL CULTURE BASED FISHERIES (CBF)

Written By Informasi Penyuluhan Perikanan on Kamis, 05 Januari 2017 | Kamis, Januari 05, 2017


Culture  Based  Fisheries  (CBF)  atau  Perikanan  Tangkap  Berbasis  Budidaya  adalah  kegiatan perikanan tangkap dimana ikan hasil tangkapan berasal dari benih ikan hasil budidaya yang ditebarkan  ke  dalam  badan  air,  dan  benih  ikan  yang  ditebarkan  akan  tumbuh  dengan memanfaatkan makanan alami yang tersedia. Penebaran benih ikan umumnya dilakukan secara rutin  karena  ikan  hanya  tumbuh  dan  tidak  diharapkan  berkembang  biak.  Oleh  karena  itu, ketersediaan  benih  ikan  patin  siam  dari  hasil  pembenihan  merupakan  salah  satu  kunci keberhasilan  dalam  pengembangan  CBF. 

Syarat Teknis:
  1. Badan  air  yang  akan  digunakan  untuk  penerapan  CBF  ikan  patin  siam  harus memiliki: kualitas air yang baik untuk kehidupan ikan patin; sumber daya makanan alami yang berupa plankton, benthos, detritus; potensi produksi ikan yang tinggi (minimal 200 kg/ha/th); volume air tersedia sepanjang tahun, kedalaman air rata- rata minimal 2 meter.
  2. Benih ikan patin siam yang akan ditebarkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:  kualitas  dan  kuantitasnya  memadai  (karena  ada  pembenih  yang menghasilkan benih patin dengan pertumbuhan lambat, jumlahnya tersedia untuk penebaran  dengan  kepadatan  antara  100-200  ekor/ha  tergantung  pada sumberdaya  makanan  alami  yang  tersedia);  dapat  memanfaatkan  sumber  daya makanan alami yang tersedia; dan tidak bersifat invasif (tidak berdampak negatif) terhadap jenis ikan asli.
  3. Pembenihan ikan patin siam tersedia dengan jarak tempuh yang relatif dekat dengan badan  air  yang  akan  ditebari  dan  telah  berproduksi  secara  reguler  serta menghasilkan  benih  dengan  kualitas  baik  bebas  dari  hama  dan  penyakit.   Jika pembenihan ikan patin belum tersedia maka perlu dibangun di sekitar lokasi badan air yang akan ditebari.
  4. Hasil tangkapan ikan di badan air yang akan ditebari masih rendah jauh di bawah potensi  produksi  ikan  lestarinya;  alat  tangkap  yang  digunakan  (gill  net)  untuk menangkap ikan patin ukuran konsumsi (>500 gram) berukuran mata jaring > 3,5 inci.
  5. Kelompok nelayan sebagai unsur pengelola perikanan utama sudah ada atau mudah dibentuk; berperan aktif dalam kegiatan pengelolaan perikanan.

Tahapan Kerja/SOP:

  1. Tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan teknologi CBF ikan Patin siam adalah sebagai berikut:Identifikasi  potensi  kesesuaian  badan  air  untuk  perkembangan  ikan  patin  yang meliputi:  luasan  dan  volume  air  serta  kedalaman  air;  kualitas  air;  jenis  dan kelimpahan sumber daya makanan alami; komposisi jenis ikan asli; estimasi potensi produksi ikan.
  2. Identifikasi Pembenihan Ikan Patin Siam yang meliputi: jumlah dan kualitas benih yang dihasilkan; waktu produksi; jarak tempuh ke badan air yang akan ditebari; dan sarana  pendukung  lainnya,  seperti:  alat  dan  cara  pengemasan  benih  serta  alat transportasinya. Jika pembenihan ikan patin siam belum tersedia dan jarak tempuh ke  lokasi  badan  aiar  yang  akan  ditebari  sangat  jauh  maka  perlu  dibangun pembenihan ikan patin di sekitar lokasi badan air tersebut.
  3. Identifikasi kegiatan perikanan yang meliputi: jumlah nelayan; jenis dan jumlah alat tangkap, jenis, komposisi dan jumlah hasil tangkapan ikan.
  4. Identifikasi biaya yang diperlukan untuk kegiatan penebaran ikan patin dan peluang keberhasilannya.
  5. Identifikasi kelembagaan di mayarakat sekitar badan air: jumlah atau ketersediaan kelompok nelayan; kelompok pengawas; kelompok usaha perikanan lainnya. Jika kelompok  belum  terbentuk  perlu  diidentifikasi  peluang  keberhasilan     pembentukkannya.
  6. Perencanaan  pengembangan  pengelolaan  perikanan  secara  bersama  (ko- manajemen). Pemerintah cq Dinas Perikanan setempat berperan sebagai fasilitator dan  regulator  sedangkan  kelompok  nelayan  berperan  sebagai  pelaksana pengelolaan perikanan di badan air yang bersangkutan.
  7. Monitoring dan evaluasi. Kegiatan monitoring dilakukan pada perencanaan, selama dan setelah penerapan teknologi CBF ikan patin, dan dari hasil monitoring dilakukan evaluasi untuk mengkaji keberhasilan ataupun kegagalan penerapan teknologinya. Monitoring  hasil  tangkapan  dilakukan  oleh  kelompok  nelayan  sedangkan evaluasinya  dilakukan  bersama  antara  pemerintah  dengan  kelompok  pengelola perikanan, khususnya kelompok nelayan.
Sumber:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 20113.
Nurul Istiqomah, dkk. Tim Penemu Culture Based Fisheries (CBF) Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus).

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

ROSADI. Lahir 05 Agustus 1982

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate