Home » » IKAN PATIN PASUPATI

IKAN PATIN PASUPATI

Written By Informasi Penyuluhan Perikanan on Jumat, 20 Januari 2017 | Jumat, Januari 20, 2017

Ikan patin Pasupati   (Patin   Super   Harapan   Pertiwi)   merupakan   ikan   patin   daging   putih   yang disukai konsumen. Ikan pasupati merupakan hasil silang antara  patin siam (daging kuning) dan patin jambal (daging putih).

Ikan patin pasupati merupakan ikan hasil persilangan antara betina patin siam (Pangasianodon hypopthalmus) dengan jantan patin jambal (Pangasius jambal) hasil seleksi. Ikan patin ”Pasupati” dirilis sebagai ikan budidaya unggul pada Agustus tahun 2006, salah satu ciri dari ikan ini adalah berdaging putih (KEPMEN Kep.25/MEN/2006).

Tujuan penerapan teknologi pendederan adalah untuk menghasilkan dan menyediakan pasok benih baik kualitas maupun kuantitas dan tahan terhadap perubahan lingkungan budidaya serta untuk mempercepat peningkatan produksi dalam industrialisasi ikan patin

Pasupati   (Patin   Super   Harapan   Pertiwi)   merupakan   ikan   patin   daging   putih   yang disukai konsumen. Ikan pasupati merupakan hybrid patin siam (daging kuning) dan patin jambal (daging putih).

Benih sebar ikan patin pasupati merupakan hasil persilangan (hybrid) antara Induk Betina Patin
Siam dan Induk Jantan Patin Jambal dengan rangkaian penciptaan teknologi sebagai berikut:

Wadah pemeliharaan larva dapat berupa akuarium atau bak-bak fiber yang dilengkapi dengan aerasi untuk menjaga ketersediaan oksigen terlarut. Air yang digunakan dapat berasal dari air tanah  atau  air  sungai  yang  telah  disaring.  Penggunaan  pemanas  (heater)  dapat  dilakukan untuk mempertahankan kestabilan suhu air pemeliharaan sehingga tidak terjadi fluktuasi suhu yang tinggi. Penggunaan aerasi mutlak diperlukan pada pemeliharaan larva ikan patin sebagai pensuplai oksigen terlarut dalam air. Aerasi dipasang pada setiap akuarium/bak pemeliharaan larva.

Penebaran larva harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menimbulkan stress dengan cara memperhatikan kondisi air pemeliharaan. Penebaran yang optimal untuk larva patin pasupati adalah 50 ekor/liter. Pakan awal larva Patin berupa naupli artemia yang diberikan setelah larva berumur 30 - 36 jam dan diberikan selama 5 hari. Nauplii Artemia diberikan setiap 2 jam pada hari

pertama dan setiap 3 jam pada hari ke dua sampai hari kelima. Pada hari ke lima mulai dilatih makan cacing sutera (Tubifek), Moina atau Daphnia. Pakan cacing sutera (Tubifek), Moina atau Daphnia  diberikan  selama  5-7  hari.  Dengan  frekuensi  pemberian  pakan  setiap  3  jam  sekali. Saat  larva  berumur  12  hari,  pakan  yang  diberikan  berupa  pellet  dengan  kandungan  protein kasar  sekitar  38-  40%,  ikan  pada  setiap  hari  diberi  pakan  hingga  kenyang  (ad  satiation). Frekuensi  pemberian  pakan  minimal  5  kali  per  hari.  Masa  pemeliharaan  larva  selama  3  -4 minggu sampai ukuran 1 inci.

Penyiponan dilakukan setiap hari untuk membersihkan dasar wadah pemeliharaan. Pergantian
air sebanyak 30-50% dilakukan pada hari ke tiga dengan air yang sesuai dengan kebutuhan hidup   larva.   Sebelum   dilakukan   pemanenan   terlebih   dahulu   ikan   dipuasakan   untuk mengosongkan   isi   perut,   sehingga   tidak   banyak   kotoran   yang   dikeluarkan   pada   saat pengangkutan.  Lamanya  pemuasaan  disesuaikan  dengan  lamanya  waktu  tempuh  dalam transportasi.   Untuk   waktu   tempuh   10   jam   diperlukan   pemuasaan   minimal   24   jam. Pengangkutan benih dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Sistem terbuka
Menggunakan drum plastik berkapasitas 200 liter. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut digunakan aerasi. Kapasitas angkut benih ikan patin adalah 100 g/ l air dengan  lama  waktu  tempuh  10  jam,  apabila  lebih  dari  10  jam  perlu  dilakukan penggantian air. Pengangkutan dengan sistem ini lebih cocok untuk benih ukuran relatif besar ( ≥1 inchi).

b. Sistem tertutup
Menggunakan kantong plastik yang diberi tambahan oksigen. Perbandingan oksigen dan
air adalah 2 : 1. Kapasitas angkut 50 g/l air untuk waktu tempuh maksimum 10 jam. Pengangkutan dengan sistem ini lebih cocok untuk benih ukuran kecil (maksimum 1 inchi).

Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara menerapkan biosecurity yang ketat dengan
menjaga kebersihan wadah pemeliharaan, menjaga stabilitas suhu agar tetap panas antara 28o  -
31oC, pakan terbebas dari parasit dan jamur, dan menjaga kondisi air agar tetap baik yang selalu bersih dari sisa pakan.

Target produksi dari kegiatan pendederan 1 sebanyak 120.000 benih ekor per siklus, dimana dalam 1 tahun produksi sebanyak 960.000 ekor ( 8 siklus pemijahan).



Sumber:
Ir. Retna Utami, M.Sc, dkk. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 20113.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

ROSADI. Lahir 05 Agustus 1982

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate