TEKNOLOGI
PEMBUATAN GARAM ALA TEJAKULA
Oleh: Rosadi, S.St.Pi
PENDAHULUAN
Menurut koreksi PBB tahun 2008,
Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang keempat di dunia setelah
Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia. Panjang garis pantai Indonesia tercatat
sebesar 95.181 km (http://id.wikipedia.org/wiki/Pantai).
Sebagai negara yang memiliki garis
pantai keempat di dunia, tentunya Indonesia memiliki potensi penghasil garam
yang sangat besar. Sangat ironis jika Indonesia malah harus melakukan impor
garam. Lebih malu lagi jika kita melakukan impor garam dari negara yang
memiliki garis pantai jauh lebih pendek dari garis pantai Indonesia. Dengan
potensi yang sangat besar, idealnya Indonesia mampu melakukan swasembada garam
bahkan mampu melakukan ekspor garam.
Banyak teknologi pembuatan garam yang
berkembang. Rata-rata semua teknologi tersebut bertujuan untuk menghasilkan
garam dengan waktu lebih singkat, produksi lebih banyak, dan garam yang
dihasilkan lebih berkualitas. Umumnya teknologi pembuatan garam yang berkembang
di Indonesia adalah sistem maduris, portugis, dan campuran antara sistem
maduris dengan portugis.
Bicara masalah garam, ternyata Bali
memiliki rahasia yang terpendam tentang garam. Pulau Dewata yang identik dengan
keindahan alamnya sebagai obyek wisata, ternyata memiliki cara unik dan menarik
untuk menghasilkan garam yang berkualitas. Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula, Kabupaten
Buleleng Provinsi Bali telah mampu menghasilkan garam dengan “Teknologi ala Tejakula”.
Garam yang dihasilkan mencapai pangsa pasar ekspor.
Seperti apa teknologi pembuatan garam ala
Tejakula, berikut akan kita uraikan lebih jelas.
TEKNOLOGI
GARAM TEJAKULA
A.
Penyiapan Sarana dan Prasarana
Hal yang sangat membedakan teknologi Tejakula
dengan teknologi lain adalah pada sarana dan prasarana yang harus disediakan. Pada
teknologi lain, untuk merubah air laut menjadi garam harus tersedia tempat
reservoir, tempat peminihan, dan meja garam (meja kristalisasi). Sedangkan
untuk teknologi ala Tejakula, sarana dan prasarana yang disediakan adalah
sebagai berikut:
1.
Unit
lahan seluas 200-250 m2 (di Bali disebut 1 pajegan)
2.
Tinjung,
yaitu tempat yang didesain khusus berbentuk kerucut berfungsi sebagai wadah
penyaringan air laut (proses pembuatan air tua)
3.
Gerombong,
yaitu wadah penampungan air tua
4.
Palungan,
yaitu tempat penjemuran, terbuat dari batang kelapa
5.
Sene,
sebagai alat untuk mengambil air laut, terbuat dari daun lontar
6.
Tulud,
yaitu alat untuk meratakan permukaan tanah
7.
Bangkrak,
yaitu alat untuk menggemburkan tanah
8.
Teku,
yaitu alat untuk mengambil air tua dari gerombong
9.
Tempat
penirisan
B.
Proses Produksi
1.
Penyiapan
media tanah
Langkah
awal media tanah yang akan dijadikan lahan pembuatan garam dibersihkan dari
rumput dan kotoran/sampah. Selanjutnya tanah diratakan menggunakan tulud dan
dibiarkan kering dibawah sinar matahari.
Proses penyiapan tanah menurut istilah
lokal disebut ngewayahin. Media tanah
ini akan dijadikan sebagai media penyaring air laut dalam proses pembuatan air
tua.
2.
Pembuatan
air tua
Dalam sistem maduris, portugis, atau
campuran, proses pembuatan air tua umumnya dilakukan di tempat
peminihan/evaporasi. Namun dalam ala Tejakula proses pembuatan air tua dilakukan
berbeda. Secara prinsip proses pembuatan
air tua tejakula dilakukan dengan dua tahap.
Pertama, dilakukan dalam media tanah. Lahan
yang telah diratakan dan bersih dari rumput atau kotoran, selanjutnya disiram
secara merata dengan air laut. Pengambilan air lautnya menggunakan sene.
Setelah disiram, tanah diratakan dengan menggunakan tulud. Permukaan tanah
dibiarkan kering hingga mengalami retak-retak.
Setelah permukaan tanah retak-retak,
selanjutnya tanah digemburkan dengan menggunakan bangkrak. Permukaan tanah
disiram kembali dengan air laut dan dikeringkan kembali. Proses ini terus
berulang, biasanya dilakukan sebanyak dua kali sehari selama empat hari
berturut-turut dengan tujuan media tanah
memiliki kadar garam yang tinggi dan siap untuk dinaikkan ke atas tinjung
sebagai media penyaring.
Kedua, dilakukan di atas tinjung. Tanah
yang telah berulang kali disiram air laut dan dijemur, selanjutnya lapisan
permukaan tanah bagian atas dikeruk dan dinaikan ke atas tinjung. Setelah dipadatkan
dan diratakan, tanah di atas tinjung disiram dengan air laut secara
perlahan-lahan. Volume air laut yang dimasukkan ke atas tinjung sebanyak 20
pasang sene atau sekitar 1.000 liter. Biasanya proses ini dilakukan pada sore
hari agar proses penyaringan terjadi pada malam hari dan hasil saringan
tersebut bisa dijemur keesokan harinya.
Di dalam tinjung air laut dibiarkan
menetes ke tempat penampungan air tua atau gerombong. Media tanah di dalam
tinjung berfungsi sebagai saringan/penyaring. Sehingga, air yang keluar dari
tinjung merupakan air tua karena telah mengalami proses penyaringan dengan
tanah yang telah mengandung kadar garam
lebih tinggi melalui proses penyiraman air laut dan penjemuran selama
kurang lebih empat hari berturut-turut.
3.
Penjemuran
Pada
teknologi lain, proses pengkristalan garam umumnya dilakukan di meja garam.
Namun, untuk teknologi ala Tejakula proses pengkristalan dilakukan didalam
palungan. Palungan ini terbuat dari bilahan batang kelapa/nyiur yang dibuat
cekung menyerupai saluran air.
Air tua
yang tertampung didalam gerombong dipindahkan ke atas palungan menggunakan teku
untuk dilakukan penjemuran. Palungan disusun sedemikian rupa untuk
memaksimalkan dan mengoptimalkan luasan lahan pergaraman.
Penjemuran
di atas palungan sangat tergantung pada intensitas panas matahari dan angin. Panas
matahari dan angin sangat membantu dalam proses penguapan. Pada cuaca yang
cerah kristal garam dapat terbentuk pada hari kedua setelah pengambilan air
tua.
C.
Panen
Panen biasanya dilakukan pada hari kedua atau ketiga setelah pengambilan air tua. Teknik panen dilakukan menggunakan alat penggaruk yang bertangkai panjang. Garam yang dihasilkan ditempatkan pada wadah yang memiliki lubang-lubang kecil untuk ditiriskan. Proses penirisan ini masih dilakukan di atas palungan supaya tetesan air tua hasil tirisan tertampung lagi di dalam palungan. Garam yang telah ditiriskan, siap untuk dikemas dan dipasarkan.
PENUTUP
Garam yang dihasilkan dengan teknologi
ala Tejakula memiliki warna putih jernih dengan rasa dan aroma yang khas. Menurut
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Buleleng, garam Tejakula
mengandung kalsium yang cukup tinggi yaitu 845 Mg, Energy 17 Kcal, Mineral 92.0
g, Protein 0.1 g, Moisture/kelembaban kadar air 3.83 g.
Menurut Made Widnyana Ketua Kelompok
Usaha Garam SARINING PERTIWI, garam yang dihasilkan di Tejakula seluruhnya
dipasarkan ke PT YST NEO LOGIS SURABAYA yang berlokasi di Desa Tejakula sendiri
melalui pola kerjasama. Garam dari kelompok dibeli oleh perusahaan eksportir
ini dengan kisaran harga mencapai Rp. 2.000,-/Kg. Oleh perusahaan asing ini,
garam hasil dari Tejakula di ekspor ke Jepang.
Hanya dengan teknologi tradisional
saja, ternyata Bali mampu menghasilkan garam berkualitas dengan waktu yang
dibutuhkan dalam proses pembuatan lebih singkat dari cara lain. Selain objek
wisata yang terkenal ke penjuru dunia, ternyata Pulau Dewata secara diam-diam telah
mampu menghasilkan garam berkualitas standar ekspor yang mampu terkenal di
negeri Sakura. Menakjubkan bukan!!!. Selamat mencoba.
DAFTAR
PUSTAKA
Simpen, I Ketut. 2014. Laporan
Observasi lapang (Field Trip) Pembekalan Tenaga Pendamping Pugar. Bali.
Numpang ya min ^^
BalasHapusMenang Di Acerdomino,com sekarang. jangan habiskan uang kamu di tempat lain,
dapatkan uang terus hanya bermain di acerdomino,com
- BONUS NEW MEMBER 10.000
- BONUS ROLINGAN MINGGUAN 0.5%
- NEXT DEPOSIT 10%
- BONUS REFERRAL SEUMUR HIDUP 15%
WHATSAPP : +855966139323
LINE : ACERPOKER
BBM : D8DVEC7F
LIVE CHAT : ACERDOMINO,COM
ALTERNATIVE LINK : ACERDOMINO,ONLINE
https://caramenangdiacerqq.blogspot.com/
AGEN POKER DAN DOMINO TERPERCAYA
AGEN POKER TERBESAR
BANDAR POKER SANGAT AMAN TERPERCAYA
BANDAR SAKONG TERLUAS YANG TERBAIK
ACERDOMINO.COM
ACERDOMINO
AGEN DOMINO TERAMAN DAN TERPERCAYA
CARA MAIN POKER ONLINE
Silahkan dilihat juga https://www.cekaja.com/info/daftar-mobil-bekas-rp30juta
BalasHapus