Home » » CARA BUDIDAY ARTEMIA

CARA BUDIDAY ARTEMIA

Written By Informasi Penyuluhan Perikanan on Kamis, 16 Juli 2015 | Kamis, Juli 16, 2015

Artemia merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidup diperairan asin yang dapat digunakan pada larva dan benih ikan air tawar, payau dan laut. Saat ini kebutuhan hatchery akan Artemia masih import dari berbagai negara penghasil, produk ini dibeli dalam bentuk kemasan kaleng dengan berbagai merek.
Menurut Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (2003) sudah dapat memproduksi Artemia ini secara massal pada tambak bersamaan dengan produksi garam. Dalam satu musim kering diproduksi sedikitnya 6 bulan dan menghasilkan kista basah sebanyak 40 kg dari luas tambak 1.500 m2 dan garam 56 ton. Budidaya artemia dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu mulai dari persiapan tambak, penebaran benih, penumbuhan makanan alami, pemeliharaan, pemanenan dan prosesing. Tambak yang dapat digunakan untuk membudidayakan artemia adalah tambak yang garam yang tidak bocor dan ketersediaan air selalu ada dengan kedalaman tambak adalah 70 cm. Sebelum digunakan tambak garam ini dilakukan persiapan tambak yaitu :
Penjemuran/pengeringan dasar tambak
Pengapuran tambak dengan dosis 500 kg/ha
Pemupukan organik 500 kg/ha
Pemupukan TSP/urea 200 kg (1:3)
Pengisian air tambak dengan salinitas 80 ppt sedalam 70 cm Setelah tambak dipersiapkan langkah selanjutnya adalah melakukan penebaran benih yaitu nauplii artemia sebanyak 200 ekor perliter pada stadia instar I yaitu artemia yang baru menetas. Penebaran ini harus dilakukan pada saat suhu rendah.
Artemia yang dipelihara didalam tambak garam untuk tumbuh dan berkembangbiak harus terdapat makanan yang dapat dikonsumsi oleh artemia tersebut. Oleh karena itu harus dilakukan penumbuhan makanan alami untuk artemia tersebut dengan cara melakukan pemupukan secara kontinu dengan menggunakan pupuk organik atau anorganik sebanyak 10% dari dosis awal pemupukan dan dilakukan inokulasi pakan alami. Makanan artemia diperairan alami adalah material partikel detritus organik dan organisme hidup seperti algae mikroskopik dan bakteri. Selain itu Artemia dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak yang diperkaya dengan vitamin dan mineral atau bungkil kelapa, silase ikan maupun tepung terigu. Oleh karena itu pada tambak pemeliharaan artemia diberikan pakan tambahan berupa bungkil kelapa yang sebelumnya (2 jam) direndam baru diberikan dengan cara menebarkannya secara merata pada tambak budidaya.
Budidaya artemia dapat dilakukan pada lokasi yang memiliki salinitas cukup tinggi yaitu lebih dari 50 promill, menurut hasil penelitian salinitas ditambak budidaya artemia pada saat penebaran nauplii artemia adalah 70 ppt dan untuk menghasilkan kista dengan hasil yang optimum dibutuhkan salinitas antara 120 – 140 ppt sedangkan peningkatan salinitas hingga 150 ppt akan menghasilkan produktivitas telur menjadi menurun. Oleh karena itu,pada tambak budidaya artemia setelah dilakukan penebaran nauplii artemia salinitas tambak secara bertahap terus ditingkatkan dari 70 ppt menjadi-80-ppt terus secara bertahap dinaikkan sampai menjadi 120-–-140 ppt.
Pada usaha hatchery air tawar, payau maupun laut yang membutuhkan artemia sebagai pakan alami larva dan benihnya, biasanya mereka membeli produk cyst artemia dan hanya melakukan kegiatan penetasan cyst/kista artemia yang sudah cukup banyak dijual dalam kemasan kaleng tersebut.
Dalam menetaskan cyst Artemia ada dua metoda yang dapat dilakukan yaitu metoda Dekapsulasi dan metoda tanpa Dekapsulasi. Metoda penetasan dengan dekapsulasi adalah suatu cara penetasan kista artemia dengan melakukan proses penghilangan lapisan luar kista dengan menggunakan larutan hipokhlorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio. Sedangkan metoda penetasan tanpa dekapsulasi adalah suatu cara penetasan artemia tanpa melakukan proses penghilangan lapisan luar kista tetapi secara langsung ditetaskan dalam wadah penetasan.

Prosedur yang harus dilakukan dalam menetaskan cyst artemia dengan metode Dekapsulasi adalah :
Ambil kista artemia sejumlah yang telah ditentukan dan harus diketahui bobotnya, kemudian kista tersebut dimasukkan kedalam wadah yang berbentuk kerucut dan dilakukan hidrasi selama 1 – 2 jam dengan menggunakan air tawar atau air laut dengan salinitas maksimum 35 permil serta diberi aerasi dari dasar wadah .
Dilakukan penghentian aerasi sebelum kista tersebut disaring dengan menggunakan saringan kasa yang berdiameter 120 mikron , kemudian kista tersebut dicuci dengan air bersih.
Larutan hipoklorit yaitu larutan yang mengandung HClO disiapkan yang akan digunakan untuk melakukan proses penghilangan lapisan luar kista. Larutan hipoklorit yang digunakan dapat diperoleh dari dua macam senyawa yang banyak dijual dipasaran yaitu Natrium hipoklorit (Na O Cl) dengan dosis 10 cc Na O Cl untuk satu gram kista dan Kalsium hipoklorit (Ca (Ocl)2 dengan dosis 0,67 gram untuk satu gram kista . Dari kedua senyawa larutan hipoklorit ini kalsium hipoklorit lebih mudah didapat dan harganya relatif lebih murah daripada natrium hipoklorit. Dalam dunia perdagangan dan bahasa sehari-hari kalsium hipoklorit dikenal sebagai kaporit (berupa bubuk), sedangkan natrium hipoklorit dijual berupa cairan dan dikenal sebagai klorin.
Kista yang telah disaring dengan saringan kasa dimasukkan kedalam media larutan hipoklorit dan diaduk secara manual serta diaerasi secara kuat-kuat, suhu dipertahankan dibawah 40 oC.
Proses penghilangan lapisan luar kista dilakukan selama 5 – 15 menit yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna kista dari coklat gelap menjadi abu-abu kemudian orange.
Kista disaring dengan menggunakan saringan 120 mikron dan dilakukan pencucian kista dengan menggunakan air laut secara berulang-ulang sampai bau klorin itu hilang.
Kista artemia tersebut dicelupkan kedalam larutan HCl 0,1 N sebanyak dua kali dan dicuci dengan air bersih minimal 6 kali dan siap untuk ditetaskan dengan menggunakan larutan penetasan
Proses penetasan yang dilakukan sama dengan proses penetasan tanpa dekapsulasi.
Prosedur yang dilakukan dalam menetaskan cyst artemia dengan metoda tanpa dekapsulasi adalah :
Cyst/kista yang akan ditetaskan ditimbang sesuai dengan dosis yang digunakan misalnya 5 gram kista per liter air media penetasan.
Wadah dan media penetasan disiapkan sesuai persyaratan teknis
Cyst/kista artemia dimasukkan kedalam media penetasan yangdiberi aerasi dengan kecepatan 10 – 20 liter udara/menit, suhu dipertahankan 25 – 30 oC dan pH sekitar 8 – 9.
Media penetasan diberi sinar yang berasal dari lampu TL dengan intensitas cahaya minimal 1.000 lux . Intensitas cahaya tersebut dapat diperoleh dari lampu TL /neon 60 watt sebanyak dua buah dengan jarak penyinaran dari lampu kewadah penetasan adalah 20 cm.
Penetasan cyst artemia akan berlangsung selama 24–48 jam kemudian.
Pemilihan metoda penetasan cyst artemia sangat bergantung kepada jenis artemia yang digunakan dan spesifikasi dari jenis artemia tersebut. Artemia yang ditetaskan dari hasil dekapsulasi dapat langsung diberikan pada benih ikan atau ditetaskan terlebih dahulu baru diberikan kepada benih ikan.
Wadah penetasan cyst Artemia
Peralatan dan wadah yang dapat digunakan dalam mengkultur pakan alami Artemia ada beberapa macam. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan antara lain adalah kantong plastik berbentuk kerucut, botol aqua , ember plastik dan bentuk wadah lainnya yang didesain
berbentuk kerucut pada bagian bawahnya agar memudahkan pada waktu panen. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya Artemia antara lain adalah aerator/blower, selang aerasi, batu aerasi, selang air, timbangan, saringan halus/seser, ember,gayung, gelas ukur kaca,refraktometer.
Pemilihan wadah yang akan digunakan dalam membudidayakan Artemia sangat bergantung kepada tujuannya. Wadah yang terbuat dari bak semen, bak beton, bak fiber dan tanki plastik biasanya digunakan untuk menetaskan cyst Artemia secara massal dan merupakan budidaya artemia secara selektif yaitu membudidayakan pakan alami ditempat terpisah dari ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami. Sedangkan wadah budidaya kolam tanah yaitu tambak biasanya dilakukan untuk membudidayakan artemia. Oleh karena itu ukuran dari wadah yang akan digunakan sangat menentukan kapasitas produksi dari pakan alami Artemia.
Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam membudidayakan pakan alami Artemia diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya , langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan terhadap wadah tersebut. Langkah pertama adalah peralatan dan wadah yang akan digunakan ditentukan sesuai dengan skala produksi dan kebutuhan. Peralatan dan wadah disiapkan.untuk digunakan dalam budidaya Artemia. Wadah yang akan digunakan dibersihkan dengan menggunakan sikat dan diberikan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme yang lain. Wadah yang telah dibersihkan selanjutnya dapat diari dengan air bersih.
Wadah budidaya yang telah diairi dapat digunakan untuk memelihara Artemia. Air yang dimasukkan kedalam wadah budidaya harus bebas dari kontaminan seperti pestisida, deterjen dan chlor. Air yang digunakan sebaiknya diberi oksigen dengan menggunakan aerator dan batu aerasi yang disambungkan dengan selang aerasi. Aerasi ini dapat digunakan pula untuk menetralkan chlor atau menghilangkan Carbondioksida didalam air.

Media penetasan cyst Artemia
Untuk dapat menetaskan cyst Artemia kita harus menyiapkan media yang tepat untuk pakan alami tersebut agar dapat tumbuh dan berkembang. Media seperti apakah yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang pakan alami Artemia. Artemia merupakan hewan air yang hidup diperairan laut yang memiliki salinitas berkisar antara 42 – 316 permil. Organisme ini banyak terdapat didaerah Australia, Asia, Afrika, Eropa, Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana pada daerah tersebut memiliki salinitas yang cukup pekat. Berdasarkan habitat alaminya pakan alami Artemia ini dapat hidup pada perairan yang mengandung salinitas cukup tinggi, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk hidup diperairan yang bersalinitas rendah karena-Artemia-memiliki-adaptasi-yang-cukup-luas-terhadap-salinitas.
Bagaimanakah mempersiapkan media yang akan dipergunakan untuk menetaskan cyst artemia? Cyst artemia dapat ditetaskan pada media yang mempunyai salinitas 5 permil sampai dengan 35 permil, walaupun pada habitat aslinya dapat hidup pada salinitas yang sangat tinggi. Media penetasan tersebut dapat dipergunakan air laut biasa atau membuat air laut tiruan . Air laut tiruan ini dapat dibuat dengan menggunakan air tawar ditambahkan unsur-unsur mineral yang sangat dibutuhkan untuk media penetasan. Apabila garam-garam mineral ini sulit untuk diperoleh dapat digunakan air tawar biasa ditambahkan dengan garam dapur dan diukur salinitas media tersebut dengan menggunakan refraktometer. Dosis garam dapur yang digunakan untuk membuat air laut dengan salinitas 35 permil adalah berkisar 30 gram – 35 gram per liter air. Untuk membuat air laut tiruan dengan garam mineralnya dapat dilihat pada tabel 7.7 dan 7.8.
Langkah kerja dalam menyiapkan wadah budidaya Artemia adalah sebagai berikut :
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan sebutkan fungsi dan cara kerja peralatan tersebut!
Tentukan wadah yang akan digunakan untuk menetaskan Artemia !
Bersihkan wadah dengan menggunakan sikat dan disiram dengan air bersih, kemudian lakukan pensucihamaan wadah dengan menggunkan desinfektan sesuai dengan dosisnya.
Bilaslah wadah yang telah dibersihkan dengan menggunakan air bersih.
Pasanglah peralatan aerasi dengan merangkaikan antara aerator, selang aerasi dan batu aerasi, masukkan kedalam wadah budidaya. Ceklah keberfungsian peralatan tersebut dengan memasukkan kedalam arus listrik.
Buatlah larutan garam untuk media penetasan cyst artemia dengan cara melarutkan garam dapur (NaCl) kedalam air tawar dengan dosis 35 gram perliter air tawar.
Ukurlah salinitas media penetasan dengan menggunakan alat refraktometer, catat. Jika salinitas media tidak sesuai dengan yang diinginkan tambahkan garam atau air tawar kedalam media sampai diperoleh salinitas media sesuai kebutuhan.
Inokulasi Artemia
Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan inokulasi bibit pakan alami kedalam media kultur yaitu pertama melakukan identifikasi jenis bibit pakan alami Artemia, kedua melakukan seleksi terhadap bibit pakan alami Artemia, ketiga melakukan inokulasi bibit pakan alami sesuai dengan prosedur.
Identifikasi Artemia perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan inokulasi. Artemia merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidup diperairan laut yang bersalinitas antara 42 sampai dengan 316 permil. Berdasarkan klasifikasinya Artemia sp dapat dimasukkan kedalam :
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Anastraca
Famili : Artemidae
Genus : Artemia
Spesies : Artemia salina
Morfologi Artemia dapat dilihat secara langsung dibawah mikroskop, ciri khas nya yang sangat mudah untuk dikenali setelah siste artemia menetas adalah berubah menjadi nauplius. Dalam perkembangannya mengalami 15 kali perubahan bentuk (metamorfosis) , setiap kali perubahan bentuk merupakan tahapan suatu tingkatan yaitu instar I – instar XV, setelah itu menjadi artemia dewasa.
Tubuh Artemia dewasa mempunyai ukuran 1 – 2 cm dengan sepasang kaki majemuk dan 11 pasang thoracopoda. Setiap thoracopoda mempunyai eksopodit, endopodit dan epipodite yang masing-masing berfungsi sebagai alat pengumpul pakan, alat berenang dan alat pernafasan. Untuk lebih-jelasnya-dapat-dilihat-pada-Gambar-7.2
Artemia yang akan ditebar kedalam media penetasan berasal dari cyst artemia. Cyst artemia berupa telur yang mengalami fase istirahat karena kondisi lingkungan perairan buruk . Hal ini terjadi karena sifat induk artemia di alam mempunyai dua cara perkembangbiakan yaitu pada saat kondisi perairan baik maka telur yang dihasilkan akan langsung menetas menjadi nauplius (ovovivipar) sedangkan pada kondisi perairan buruk akan disimpan dalam bentuk telur (kista) disebut juga ovipar. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangbiakan Artemia dapat dilihat pada Gambar 7.22.
Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan menebarkannya secara hati-hati kedalam media kultur sesuai dengan padat tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Artemia ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi dan sore hari.
Bagaimanakah anda melakukan penebaran cyst Artemia yang akan digunakan untuk menetaskan cyst Artemia didalam wadah budidaya yang dilakukan secara terkontrol ? Apakah cyst Artemia itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut mari kita diskusikan dan pelajari dari buku ini.
Cyst Artemia atau siste Artemia adalah telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah pengapungan. Jadi cyst artemia itu yang akan ditetaskan adalah hasil dari perkawinan artemia dewasa jantan dan betina yang pada kondisi lingkungan buruk akan membentuk fase istirahat atau dorman. Dan biasanya disebut telur kering (diapauze).
Artemia yang dijual dipasaran merupakan hasil budidaya atau eksploitasi dari alam yang dikemas dalam kemasan kaleng dengan berat rata-rata 450 gram. Telur artemia yang berasal dari laut atau tambak ini dipanen dengan menggunakan seser, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat. Kista yang berisi embrio akan mengapung dipermukaan air. Kemudian kista tersebut dikeringkan dibawah sinar matahari atau dengan alat pengering/oven dengan suhu sebaiknya tidak lebih dari 40°C . Pengeringan didalam alat pengering ini dilakukan selama tiga jam sampai kadar air dari siste tersebut kurang dari 10% agar tahan lama dalam penyimpanan. Lama penyimpanan siste artemia jika dilakukan pengemasan dengan kaleng tanpa udara atau kantong plastik-berisi-gas-Nitrogen-adalah-lima-tahun.

Berapakah kebutuhan cyst artemia yang harus ditetaskan untuk memenuhi kebutuhan produksi? Untuk menjawab hal tersebut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah padat penebaran cyst atau siste artemia didalam media penetasan dan disesuaikan dengan volume media penetasan. Berdasarkan pengalaman beberapa akuakulturis dalam menetaskan cyst artemia, padat penebaran yang digunakan adalah 5-7 gram/liter. Semakin besar wadah yang digunakan maka jumlah siste yang akan ditebarkan akan semakin banyak. Oleh karena itu harus dipilih wadah yang tepat-untuk-menetaskan-siste-artemia-tersebut.
Setelah ditentukan padat penebaran yang akan dilakukan dalam penetasan cyst artemia, langkah selanjutnya jika media penetasan sudah dipersiapkan dan volumenya sudah dihitung adalah melakukan penebaran siste artemia kedalam media penetasan. Cara yang
dilakukan untuk melakukan penebaran siste artemia adalah :
Tentukan volume media penetasan.
Hitung jumlah siste yang akan ditebar sesuai dengan volume media penetasan sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.
Ambil siste artemia dan timbanglah sesuai kebutuhan.
Masukkan siste kedalam wadah yang berisi media penetasan sesuai dengan salinitas yang telah ditetapkan dengan cara menuangkan secara perlahan siste kedalam media, pada saat siste ditebar sebaiknya selang aerasi dihentikan terlebih dahulu agar siste tersebut berada didalam media penetasan.
Langkah kerja dalam menebar cyst artemia adalah sebagai berikut :
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum menebar cyst Artemia.
Tentukan padat penebaran cyst Artemia dan volume media penetasan!
Hitunglah jumlah cyst yang akan ditebar setelah ditentukan pada point 2 berdasarkan volume media penetasan !
Lakukan penimbangan dengan tepat berdasarkan perhitungan jumlah cyst Artemia pada point 3.
Masukkanlah cyst Artemia yang telah ditimbang kedalam media penetasan secara hati-hati, lepaskan aerasi didalam media penetasan pada saat dilakukan penebaran !
Pasanglah aerasi setelah cyst Artemia ditebarkan kedalam media penetasan !
Amati proses penetasan cyst Artemia dengan menghitung percentage penetasannya!
Persentase penetasan N (Hatching Persentase) = ---- X 100% C
Dimana :
N : jumlah nauplius yang menetas
C : jumlah cyst yang ditebar
Artemia salina merupakan salah satu zooplankton sebagai sumber pakan alami yang sangat cocok-bagi-larva-ikan-konsumsi-maupun-ikan-hias.
Jenis pakan alami ini dapat diperoleh dengan cara membudidayakan Artemia di lahan budidaya/ tambak atau hanya menetaskan cyst/siste Artemia yang dibeli dalam bentuk kemasan kaleng berisi 450 gram dan ditetaskan dalam wadah budidaya yang sesuai sampai dipelihara sesuai dengan kebutuhan.
Dalam menetaskan cyst/siste artemia ada beberapa tahapan yang harus dilakukan antara lain adalah memantau proses penetasan cyst artemia. Cyst artemia yang ditetaskan dalam wadah budidaya berbentuk kerucut dan bening akan sangat mudah untuk memantau proses penetasannya. Proses penetasan artemia akan berlangsung selama 24-48 jam. Cyst Artemia yang diperdagangkan merupakan cyst yang telah dikeringkan dengan kadar air kurang dari 10%. Oleh karena itu dalam proses penetasan dapat dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda Dekapsulasi dan metoda tanpa dekapsulasi. Dari kedua metoda tersebut akan terjadi proses penetasan yang berbeda.
Proses penetasan dengan menggunakan metoda dekapsulasi, cyst artemia pada tahap awal dilakukan perendaman dengan air tawar selama satu jam yang berfungsi untuk meningkatkan kadar air pada cyst artemia dan cyst artemia tersebut akan menggembung karena air masuk kedalam cyst, Cyst yang menggembung akan mulai terjadi proses metabolisme. Setelah satu jam direndam dan cyst sudah mengandung kadar air kurang lebih 65% maka cyst artemia tersebut disaring dengan menggunakan kain saringan 120 mikron serta dicuci dengan air tawar atau air laut sampai bersih. Kemudian dimasukkan kedalam larutan hipoklorit yang telah disiapkan lengkap dengan aerasinya. Proses dekapsulasi berlangsung selama 10-15 menit. Proses dekapsulasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna siste dari coklat menjadi abu-abu dan akhirnya berwarna jingga serta air didalam wadah-mengandung-buih-atau-busa.
Setelah proses dekapsulasi selesai siste yang sudah tidak bercangkang diambil dengan alat penyedot dan disaring dengan menggunakan alat penyaring dari kasa kawat baja tahan karat (stainless steel) dengan ukuran mata 120-150 mikron. Proses pencucian dilakukan dengan menggunakan air tawar atau air laut sampai bau chlorine hilang. Siste yang sudah tidak bercangkang tersebut masih berupa siste yang telanjang belum menetas karena masih diselimuti oleh selaput embrio yang tipis. Oleh karena itu masih harus dilakukan penetasan dengan menggunakan-air-laut-yang-bersalinitas-5-35-permil.
Proses penetasan cyst artemia dengan metoda dekapsulasi selanjutnya adalah melarutkan siste tersebut dengan larutan garam bersalinitas antara 5 permil sampai dengan 35 permil. Waktu yang dibutuhkan sampai siste tersebut menetas menjadi nauplius dibutuhkan waktu sekitar 24 - 48 jam.
Proses penetasan cyst/siste artemia dengan metoda tanpa dekapsulasi dilakukan dengan cara siste yang akan ditetaskan ditimbang sesuai dengan dosis yang digunakan misalnya 5 gram siste per liter air media penetasan. Kemudian wadah dan media penetasan disiapkan sesuai persyaratan teknis yang telah ditentukan, siste artemia dimasukkan kedalam media penetasan yang diberi aerasi dengan kecepatan 10 – 20 liter udara/menit, suhu dipertahankan 25 – 30 oC dan pH sekitar 8 – 9. Media penetasan diberi sinar yang berasal dari lampu TL dengan intensitas cahaya minimal 1.000 lux. Intensitas cahaya tersebut dapat diperoleh dari lampu TL/neon 60 watt sebanyak dua buah dengan jarak penyinaran dari lampu kewadah penetasan adalah 20 cm. Penetasan cyst artemia akan berlangsung-selama-24-48-jam-kemudian.
Langkah Kerja Memantau proses penetasan artemia adalah sebagai berikut :
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan pemantauan proses penetasan artemia.
Amati siste artemia didalam media penetasan, catat dan diskusikan !
Amati setiap jam perkembangan dari siste artemia dibawah mikroskop dan catat jam terjadinya penetasan siste manjadi nauplius !
Hitunglah jumlah persentase siste yang menetas didalam media penetasan sesuai dengan rumus !
Pakan alami artemia yang telah ditetaskankan di media penetasan bertujuan untuk diberikan kepada larva/benih yang dipelihara. Kebutuhan larva/benih ikan akan pakan alami Artemia selama pemeliharaan adalah setiap hari. Oleh karena itu waktu pemanenan pakan alami itu sangat bergantung kepada kebutuhan larva/benih akan pakan alami Artemia. Pemanenan pakan alami Artemia ini dapat dilakukan setiap hari atau seminggu sekali atau dua minggu sekali. Hal tersebut bergantung kepada kebutuhan suatu usaha terhadap ketersediaan pakan alami Artemia.
Pemanenan pakan alami Artemia yang dilakukan setiap hari biasanya jumlah yang dipanen adalah kurang dari 20%. Pemanenan Artemia dapat juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung kepada ukuran Artemia yang akan diberikan kepada larva/benih ikan. Cyst artemia yang baru menetas mempunyai ukuran antara 200-350 mikrometer (0,2-0,35 mm) dan disebut nauplius. Duapuluh empat jam setelah menetas nauplius artemia ini akan mulai tumbuh organ pencernaannya, oleh karena itu pada masa tersebut artemia sudah mulai makan dengan adanya makanan didalam media penetasan artemia akan tumbuh dan berkembang. Artemia menjadi dewasa pada umur empatbelas hari dan akan beranak setiap empat sampai lima hari sekali. Jadi waktu panen artemia sangat ditentukan oleh ukuran besar mulut larva yang akan mengkonsumsinya dengan ukuran artemia yang akan ditetaskan. Jika didalam media penetasan tidak terdapat sumber makanan bagi artemia maka artemia tidak akan tumbuh dan berkembang melainkan akan mati secara perlahan-lahan karena kekurangan energi. Pada beberapa usaha pembenihan biasanya hanya dilakukan penetasan cyst artemia tanpa melakukan pemeliharaan terhadap-cyst-yang-telah-ditetaskan.
Setelah cyst artemia menetas 24-48 jam setelah ditetaskan maka akan dilakukan pemanenan cyst artemia dengan cara sebagai berikut :
Lepaskan aerasi yang ada didalam wadah penetasan.
Lakukan penutupan wadah penetasan pada bagian atas dengan menggunakan plastik hitam agar artemia yang menetas akan berkumpul pada bagian bawah wadah penetasan. Artemia mempunyai sifat fototaksis positif yang akan bergerak menuju sumber cahaya.
Diamkan beberapa lama (kurang lebih 15-30 menit) sampai seluruh cyst yang telah menetas berkumpul didasar wadah.
Lakukan penyedotan dengan selang untuk mengambil artemia yang telah menetas dan ditampung dengan kain saringan yang diletakkan didalam wadah penampungan.
Bersihkan artemia yang telah dipanen dengan menggunakan air tawar yang bersih dan siap untuk diberikan kepada larva/benih ikan konsumsi/ikan hias.

Sumber:
Eddy Santoso dan Agus Basuki di SIDAT BUDIDAYA DAN PERBURUAN SIDAT (https://id-id.facebook.com/BengkelSidat/posts/365142946912731)

2 komentar:

  1. menyediakan artemia 425g untuk kebutuhan penelitian, lab, mandiri, dan perusahaan . hubungi 081805185805 atau 0341-343111 atau kunjingi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech

    BalasHapus
  2. Ada cara lain menetaskan artemia paling ampuh, berikut adalah caranya : cara menetaskan artemia

    Informasi selengkapnya tentang ikan cupang cupang sehat

    BalasHapus

Popular Posts

ROSADI. Lahir 05 Agustus 1982

Blog Archive

Diberdayakan oleh Blogger.

Translate