Jika kita mengingat rumput laut pasti pikiran kita tertuju pada agar-agar.Ya,bahan penganan
yang satu ini memang sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia.Rasanya yang kenyal dan bisa dibuat beraneka warna dan rasa membuatnya sangat disuka dari
anak-anak hingga orang dewasa.
Tapi tahukah anda bahwa limbah industri pembuatan agar-agar menjadi salah satu industri
penyumbang polutan terbesar di negeri ini?
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) tahun 2010
melalui PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan)
menyebutkan terdapat 152 perusahaan yang masuk daftar merah,
dan salah satunya adalah Industri pengolahan rumput laut(KLH,2010).
Fenomena seperti ini bisa terjadi jika perusahaan tidak mengolah limbah yang dihasilkan
dengan benar, dibiarkan menumpuk di suatu tempat tanpa dekomposisi yang benar
dan akhirnya menimbulkan bau busuk,
air lindinya pun dapat mengotori sumber
air penduduk. Kejadian seperti ini pernah terjadi
didaerah saya, sehingga menyebabkan protes warga yang berujung pada penutupan pabrik.
Tulisan ini pun terinspirasi oleh salah seorang pengusaha pupuk di daerah saya yang menampung
limbah rumput laut dari PT.Satelit Sriti,diolah kembali dijadikan
serbuk dan dijual lagi ke peternak sapi sebagai tambahan pakan konsentrat.
Fakta dilapangan menyebutkan penambahan limbah rumput laut bisa menambah
bobot sapi kereman lebih besar daripada tanpa diberi tambahan limbah rumput laut.
Logikanya jika untuk pakan ternak limbah rumput laut sangat bagus,tentu juga
sangat bagus jika digunakan sebagai bahan tambahan pembuatan kompos selain cocopeat dan kohe.
Apalagi limbah rumput laut sangat murah hanya Rp.500,- per kg.
0 komentar:
Posting Komentar